Sehelai ilalang kering tercabut, terbawa angin, terdampar di peraduan rumput hijau. Dia tampak berbeda. Lusuh, kerontang, tak berwarna. Sehelai rumput beranjak mendekatinya, mencoba memberinya senyum, menyapanya. Dalam hatinya, rumput itu tahu, sang ilalang menyimpan sebuah perjalanan hidup yang tak sekejap. "Dulu, kala itu, aku adalah kamu. Muda, segar, dan hijau. Setiap pagi ada ribuan tetes embun yang menghampiriku, memberikan nafas kehidupan bagi ragaku. Aku tumbuh menjadi dewasa. Tapi tumbuhku hanya dalam bentuk ragaku. Aku tak punya hati dan asa. Aku berjalan tanpa kaki, menatap tanpa mata, dan mendengar tanpa telinga. Angkuh. Aku merasa bisa memeluk dunia tanpa sambungan pelukan dari raga lain. Sampai aku sadar, bahwa dunia ini terlalu luas untuk aku tinggali sendiri. Sampai aku sadar, aku telah lelah mencari jati diri yang tak pernah aku temukan. Karena aku tak pernah melirik dunia di sekitarku. Jangan menjadi aku, meski itu hanya dalam sebuah mimpi ......"
Mucalinda
1 jam yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar