Membuka lembaran kertas yang mengisahkan hidupnya.
Aku tertegun ketika menatap sehelai kertas kosong.
Tampak berbeda dengan lembaran sebelum dan sesudahnya.
Tak tersaji huruf yang saling merangkai kata untuk membuat sebuah kisah.
Entah bahagia, entah sedih. Kosong. Semakin aku amati, yang ada hanya sebuah tanda titik.
Aku menoleh padanya, menatap matanya.
Keriput di wajahnya menyimpan sebuah misteri untuk lembar kosong yang hadir di tengah-tengah kisah hidupnya.
Meski pudar, aku yakin tatapanku yang tajam tetap dapat ditangkapnya melalui hati. Aku ingin jawaban .......
Hanya satu kata yang keluar dari bibirnya yang kering.
Terlambat.
Dengan gemetar tangannya yang kurus menunjuk pada tanda titik yang ia torehkan belasan tahun silam.
Kemudian dia tersenyum.
Aku butuh banyak kata untuk memaknainya.
Bagaimana dan darimana aku harus memulai ?
Sebuah tanda titik dan sebuah senyuman tak cukup untuk membuat lembaran kertas kosong itu menjadi sebuah bagian dari kisah hidupnya.
Yang aku pahami adalah, dia tak ingin melupakan bagian itu.
Karena dia tetap memberikan sebuah tanda titik di atas putihnya kertas.
Tapi dia juga tak bisa untuk menjadikannya sebuah kisah nyata.
Karena itu tak ia tampilkan untaian kata untuk menggambarkannya.
Dan senyumnya ....... yang pasti ada kebahagiaan untuknya dan untuk kisah itu .....
Tak perlu aku mencari judulnya.
Tak perlu aku menerbitkannya.
Karena aku yakin, wanita tua itu telah menerbitkannya di setiap detak jantung dan tarik nafasnya ....
0 komentar:
Posting Komentar